Keterasingan, kecemasan, dan identitas merupakan pantulan problem modernitas yang disuarakan oleh penyair. Problem-problem modernitas disikapi oleh penyair secara kontemplatif, kadang sentimental, kadang spiritual, kadang komikal. Ekspresi yang demikian beragam itu dapat dilihat sebagai upaya penyair untuk menjaga kewarasan dalam menjalani realitas yang tidak pernah benar-benar sesuai harapan. Sedangkan kita, dengan membaca Kerotak Tulang-Tulang, barangkali akan mendengar bunyi-bunyi kecemasan yang selama ini diam-diam kita tahan.
Lahir di Batam pada tanggal 21, Oktober 2000 kemudian bertempat tinggal di Klaten. Telah menamatkan studinya di Sastra Indonesia UNY. Masih aktif berkegiatan menulis puisi dan juga bermain musik di Paku Ning Ratan sebagai bassist. Selain itu, ia juga aktif bermain basket bersama teman-temannya di kotanya. Puisi-puisi dalam buku ini ditulis dalam rentang waktu 2019-2021. Beberapa puisi dalam buku ini telah dipublikasi di situs-situs seperti Kibul.in, Metafor.id, dan Mbludus.com. Selama proses menulis puisi di buku-buku ini, ia mendapat inspirasi-inspirasi dari hal-hal yang ia ditemui dalam perjalanan hidupnya selama dua tahun tersebut. Dapat dihubungi melalui akun Twitter dan Instagram dengan username yang sama: @royfanardian_.