Di sendang, di atas pepohonan, segerombolan burung merayah biji-bijian. Mereka sedang menggelar pesta. Jatuh sebiji ringin. Jatuh menimpa dada yang terluka. Perlahan biji mulai tumbuh menghiasi seluruh tubuh. Rimbun dan teduh. Membuatku tak kuasa berkelana. Mungkin inilah yang disebut dengan cinta. Seorang gadis dengan rupa mahasempurna. Ia telah bertamu dalam hatiku. Ia selalu mewarnai mimpi dan anganku. Baru kali ini aku menjumpai bidadari menapak bumi.

Dari bibir berlapis, kau tetaskan sebaris senyum manis, ketika gerimis menyisir angin tipis. Perlahan kau melangkah menuju entah, membuatku kembali menjadi bocah payah. Aku mengusung segunung bingung, menjadi linglung seperti orang mabuk kecubung. Apakah ini yang disebut gandrung? Jika benar ini petanda orang nandang wuyung, maka, suatu waktu kau akan kutembung. Semoga, kita bisa bersatu meski hidup dengan sesuap nasi jagung. Hingga aku menjadi bopo dan kau seorang biyung.