Kanak-kanak lebih terpaku kepada teks di buku dan papan tulis, ruang kelas, atau setiap hal yang disampaikan oleh guru. Seiring dengan itu, kanak-kanak juga semakin kurang mendengar, mengalami, atau mengenal penganalogian, entah itu dari orang tua, guru, maupun masyarakat sekitarnya. Banyak hal dibatasi oleh hal-hal yang cenderung lebih normatif, yang tanpa disadari sangat mempengaruhi bagaimana cara mereka mengungkapkan perasaannya. Dan jika dilihat dari rentang tahun dan gaya ungkap, Aurelia mengalami fase tersebut.

Hal lain yang menarik dari buku ini adalah ilustrasi-ilustrasi karya Muhammad Alwan Al-Hafiz yang masih berusia tujuh tahun. Alwan mampu mengungkapkan banyak hal secara visual dengan lebih konkrit, seperti halnya puisi-puisi Aurelia di tahun-tahun awal. Sayangnya, ilustrasi-ilustrasi tersebut bukan reflektif dari puisi-puisi yang ada. Barangkali jika ilustrasi yang dihasilkan Alwan berada dalam tema yang sama dengan puisi-puisi yang ditulis Aurelia, pesan-pesan dalam buku ini akan semakin hidup dan kuat. Meski demikian, saya menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada dua kanak-kanak ini, yang dalam usia yang sangat belia telah berani berkarya dan bersuara dari perspektif mereka sendiri. (Pengantar Yona Primadesi)